PRNDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan
manusia. Taukan anda berasal dari manakah limbah disekita kita? Limbah berasal
dari berbagai sumber, contohnya : rumah tangga dan industry atau pabrik. Limbah
bisa berupa padatan, cairan ataupun gas. Ketiga limbah tersebut sama-sama
berbahaya. Tidak hanya isinya namun juga wadah atau kemasannya juga
menjadi limbah, seperti : plastic, kertas atau pun kaleng.
Seiring dengan berjalannya waktu, limbah semakin hari
semakin meningkat jumlahnya. Limbah sangatlah berbahaya bagi kehidupan manusia
atau makhluk hidup lainnya. Banyak orang membuang, menimbun, bahkan menyimpan
limbah dengan jumlah yang banyak serta tidak dikelola dengan baik. Ternyata
limbah-limbah tersebut termasuk limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Pada
penulisan makalah ini, akan mengupas semua tentang limbah B3 dan bagaimana
system pembuangannya yang baik.
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa
padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah
padat berasal dari kegiatan industri dandomestik. Limbah domestik pada umumnya
berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan,
perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempatumum. Jenis-jenis
limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal,
gelas/kaca,organik, bakteri, kulit telur, dllSumber-sumber dari limbah padat
sendiri meliputi seperti pabrik gula, pulp,kertas, rayon, plywood, limbah
nuklir, pengawetan buah, ikan, atau daging. Secaragaris besar limbah padat
terdiri dari :1) Limbah padat yang mudah terbakar.2) Limbah padat yang sukar
terbakar.3) Limbah padat yang mudah membusuk.4) Limbah yang dapat di daur
ulang.5) Limbah radioaktif.6) Bongkaran bangunan.7) Lumpur.
Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari
proses kegiatan manusia (Ign Suharto, 2011 :226). Limbah dapat berupa
tumpukan barang bekas, sisa kotoran hewan, tanaman, atau sayuran. Keseimbangan
lingkungan menjadi terganggu jika jumlah hasil buangan tersebut melebihi ambang
batas toleransi lingkungan. Apabila konsentrasi dan kuantitas melibihi ambang
batas, keberadaan limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama
bagi kesehatan manusia sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah bergantung pada jenis dan
karakteristik limbah.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana cara pengolaan limbah padat?
2.
Bagaimana cara penanganan limbah padat?
1.3 Tujuan
Unrtuk mengetahui bagaimana cara
pengolaan limbah padat dan cara penanganan limbah padat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengolahan Limbah Padat
Pengelolaan
lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak baik pemerintah,
pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting lagi
mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan industrinya cukup tinggi
dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri (semi
industrialized country).
Sebagaimana
lazimnya negara yang masih berstatus semi industri, target yang lebih
diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan output, sementara perhatian terhadap
eksternalitas negatif dari pertumbuhan industri tersebut sangat kurang.
Beberapa kasus pencemaran terhadap lingkungan telah menjadi topik hangat di
berbagai media masa, misalnya pencemaran Teluk Buyat di Sulawesi Utara yang
berdampak terhadap timbulnya bermacam penyakit yang menyerang penduduk yang
tinggal di sekitar teluk tersebut.
Para
pelaku industri kadang mengesampingkan pengelolaan lingkungan yang menghasilkan
berbagai jenis-jenis limbah dan sampah. Limbah bagi lingkungan hidup sangatlah
tidak baik untuk kesehatan maupun kelangsungan kehidupan bagi masyarakat umum,
limbah padat yang di hasilkan oleh industri-industri sangat merugikan bagi
lingkungan umum jika limbah padat hasil dari industri tersebut tidak diolah
dengan baik untuk menjadikannya bermanfaat.
Menurut
sifatnya pengolahan limbah padat dibagi menjadi 2 cara, yaitu :
- Limbah padat tanpa pengolahan
Limbah
padat yang tidak mengandung unsur kimia yang beracun & biasa langsung
dibuang ke tempat tertentu sebagai TPA berbahaya.
- Limbah padat dengan pengolahan
Limbah
padat yang mengandung unsur kimia beracun & harus berbahaya diolah sebelum
dibuang ke tempat tertentu.
Secara
umum penanganan air limbah dapat dikelompokkan menjadi :
- Pengolahan Awal/Pendahuluan
(Preliminary Treatment)
Tujuan
utama dari tahap ini adalah usaha untuk melindungi alat-alat yang ada pada
instalasi pengolahan air limbah. Pada tahap ini dilakukan penyaringan,
penghancuran atau pemisahan air dari partikel-partikel yang dapat merusak
alat-alat pengolahan air limbah , seperti pasir , kayu , sampah , plastik dan
lain-lain.
- Pengolahan Primer (Primary
Treatment)
Tujuan
pengolahan yang dilakukan pada tahap ini adalah menghilangkan partikel-artikel
padat organik dan organik melalui proses fisika , yakni sedimentasi dan
flotasi. Sehingga partikel padat akan mengendap (disebut sludge) sedangkan
partikel lemak dan minyak akan berada di atas / permukaan (disebut grease).
- Pengolahan Sekunder (Secondary
Treatment)
Pada
tahap ini air limbah diberi mikroorganisme dengan tujuan untuk menghancurkan
atau menghilangkan material organik yang masih ada pada air limbah. Tiga buah pendekatan
yang umum digunakan pada tahap ini adalah fixed film , suspended film dan
lagoon system.
- Pengolahan Akhir (Final Treatment)
Fokus
dari pengolahan akhir (Final Treatment) adalah menghilangkan organisme penyebab
penyakit yang ada pada air. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan
khlorin ataupun dengan menggunakan sinar ultraviolet.
- Pengolahan Lanjutan (Advanced
Treatment)
Pengolahan
lanjutan diperlukan untuk membuat komposisi air limbah sesuai dengan yang
dikehendaki. Misalnya untuk menghilangkan kandungan fosfor ataupun amonia dari
air limbah.
Ada
beberapa faktor-faktor yang perlu diperhatikan sebelum mengolah limbah padat :
Jumlah
limbah
• Sedikit : mudah ditangani sendiri.
• Banyak : membutuhkan penanganan khusus.
• Banyak : membutuhkan penanganan khusus.
Sifat
fisik dan kimia limbah
Sifat
fisik : mempengaruhi pilihan
tempat pembuangan, sarana pengangkutan & pilihan pengolahan.
Sifat
kimia : sifat kimia dari limbah padat akan
merusak dan mencemari lingkungan dengan cara membentuk senyawa-senyawa baru.
Kemungkinan
pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Karena
lingkungan ada yang peka/tidak peka terhadap pencemaran perlu di perhatikan :
- Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
- Unsur yang akan terkena
- Tingkat pencemaran yang akan timbul
- Tujuan akhir dari pengolahan.
Adapun tujuan akhirnya , yang terdiri atas dua yaitu : Bersifat ekonomi
& Bersifat non-ekonomis
Tujuan
pengelolaan yang bersifat ekonomis adalah : Meningkatkan efisiensi pabrik
secara menyeluruh dan mengambil kembali bahan yang masih berguna untuk di daur
ulang/dimanfaatkan lain.
Tujuan
pengelolaan yang bersifat non-ekonomis adalah : Untuk mencegah pencemaran dan
kerusakan lingkungan mekanisme pengelolaan limbah.
Ada
empat proses pengelolaan Limbah Padat yaitu :
1. Pemisahan
Karena
limbah padat terdiri dari : ukuran yang berbeda-beda dan kandungan bahan yang
berbeda maka harus dipisahkan dahulu supaya peralatan pengolahan menjadi awet.
Pemisahan ada 3 sistem , yaitu:
System
Balistik adalah system pemisahan untuk mendapatkan keserangan
ukuran/berat/volume.
System
Gravitasi adalah system pemisahan berdasarkan gaya berat. Misalnya :
–
Barang yang ringan/terapung
–
Barang yang berat/tenggelam
System
Magnetis adalah system pemisahan berdasarkan sifat magnet. Yang bersifat magnet
, akan langsung menempel. Misalnya , untuk memisahkan campuran logam dan non
logam.
2.
Penyusutan Ukuran
Penyusutan
ukuran dilakukan untuk memperoleh ukuran yang lebih kecil , supaya
pengelolahannya menjadi mudah.
3. Pengomposan
pengomposan
dilakukan terhadap buangan/limbah yang mudah membusuk , sampah kota , buangan
atau kotoran hewan ataupun juga pada lumpur pabrik. Limbah padat harus dipisah
dan disamakan ukurannya/volumenya supaya hasil pengomposan baik.
4. Pembuangan
Limbah
Proses
akhir dari pengolahan limbah padat adalah pembuangan limbah yang terbagi
menjadi dua , yaitu :
1.Pembuangan
di laut
Pembuangan
limbah padat di laut , tidak boleh dilakukan sembarangan tempat dan perlu
diingat bahwa tidak semua limbah padat dibuang ke laut. Hal ini di sebabkan
oleh :
1.)
Laut sebagai tempat mencari ikan bagi nelayan
2.)
Laut sebagai tempat rekreasi & lalu lintas kapal
3.)
Laut menjadi dangkal
4.)
Limbah padat yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya yang dapat
membunuh biota laut. (Misal : Limbah B3/ Limbah Radioaktif).
2.
Pembuangan di darat (Canitary Landfill)
Untuk
pembuangan limbah di darat , perlu dilakukan pemilihan lokasi yang harus
dipertimbangkan sebagai berikut :
1.)
Pengaruh iklim , temperature dan angin
2.)
Struktur tanah
3.)
Jaraknya jauh dari pemungkiman
4.)
Pengaruh terhadap sumber air , perkebunan , perikanan , peternakan , flora atau
fauna.
Jadi
, pilih lokasi yang benar-benar tidak ekonomis lagi untuk kepentingan apapun.
Pembuangan
di darat/tanah
Pembuangan
limbah di darat/tanah di bagi menjadi 3 , yaitu :
1.)
Penebaran diatas tanah.
2.)
Penimbunan/penumpukan.
3.)
Pengisian tanah yang cekung (Landfill).
Sampah
yang dihasilkan manusia begitu banyak sehingga bila tidak ditangani akan
menimbulkan banyak masalah pencemaran. Beberapa metode pengolahan sampah telah
diterapkan manusia untuk menangani permasalahan sampah. Masing-masing metode
tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan. Belum ada satupun dari metode yang
telah diterapkan manusia yang dapat menyelesaikan permasalahan sampah dengan
sempurna. Oleh karena itu, masih perlu terus dikembangkan berbagai metode baru
atau modifikasi yang dapat menyempurnakan metode yang telah ada. Berikut akan
kamu pelajari beberapa metode pengolahan limbah padat (sampah) yang telah umum
diterapkan.
2.2 Penanganan Limbah Padat
1. Penimbunan
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode penimbunan terbuka, sampah dikumpulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang yang dibuat pada suatu lahan, biasanya di lokasi tempat pembuangan akhir (TPA). Metode ini merupakan metode kuno yang sebenarnya tidak memberikan banyak keuntungan. Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kurnan penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air. Bersama rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-zat yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan.
Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open dumping menyebabkan dikembangkan metode penimbunan sampah yang lebih balk, yaitu sanitary landfill. Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Sampah yang ditimbun dipadatkan, kemudian ditutupi dengan lapisan tanah tipis setiap hari. Hal ini akan mencegah tersebarnya gas metan yang dapat mencemari udara dan berkembangbiaknya berbagai agen penyebab penyakit.
Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem lapisan ganda (plastik – lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode penimbunan terbuka, sampah dikumpulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang yang dibuat pada suatu lahan, biasanya di lokasi tempat pembuangan akhir (TPA). Metode ini merupakan metode kuno yang sebenarnya tidak memberikan banyak keuntungan. Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kurnan penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air. Bersama rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-zat yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan.
Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open dumping menyebabkan dikembangkan metode penimbunan sampah yang lebih balk, yaitu sanitary landfill. Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Sampah yang ditimbun dipadatkan, kemudian ditutupi dengan lapisan tanah tipis setiap hari. Hal ini akan mencegah tersebarnya gas metan yang dapat mencemari udara dan berkembangbiaknya berbagai agen penyebab penyakit.
Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem lapisan ganda (plastik – lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
Di sebagian besar negara maju, penimbunan sampah dengan metode open dumping telah banyak digantikan oleh metode sanitary landfill. Namun, di Indonesia, tempat penimbunan sampah yang menggunakan metode sanitary landfill masih jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan yang melakukan penimbunan terbuka (open dumping).
Kelemahan
utama penanganan sampah dengan cara penimbunan adalah cara ini menghabiskan
lahan. Sampah akan terus terproduksi sementara lahan untuk penimbunan akan
semakin berkurang. Sampah yang ditimbun sebagian besar sulit terdegradasi
sehingga akan tetap berada di area penimbunan untuk waktu yang sangat lama.
Selain itu, meskipun telah menggunakan sanitary landfill, masih ada kemungkinan
terjadi kebocoran lapisan sehingga zat-zat berbahaya dapat erembes dan
mencemari tanah serta air. Gas metan yang terbentuk dalam timbunan mungkin saja
mengalami akumulasi dan beresiko meledak.
2. Inseinerasi
Insinerasi
adalah pembakaran sampah/Iimbah padat menggunakan suatu alat yang disebut
insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang
sangat banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi menghasilkan
panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk pemanas
ruangan. Meski demikian, tidak semua jenis limbah padat dapat dibakar
dalaminsinerator. Jenis limbah padat yang cocok untuk insinerasi di antaranya
adalah kertas, plastik, dan karet, sedangkan contoh jenis limbah padat yang
kurang sesuai untuk insinerasi adalah kaca, sampah makanan, dan baterai.
Kelemahan utama metode insinerasi adalaah biayanya yang mahal, selain itu insinerasi menghasilkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta abu /ashes pembakaran yang kemungkinan mengandung senyawa yang berbahaya.
Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi . yang mahal. Selain itu, insinerasi menghasiIkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta abu ashpembakaranyangkemungkinan mengandung senyawa berbahaya.
Kelemahan utama metode insinerasi adalaah biayanya yang mahal, selain itu insinerasi menghasilkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta abu /ashes pembakaran yang kemungkinan mengandung senyawa yang berbahaya.
Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi . yang mahal. Selain itu, insinerasi menghasiIkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta abu ashpembakaranyangkemungkinan mengandung senyawa berbahaya.
3. Pembuatan
Kompos
Kompos
adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik, seperti sayuran, daun dan
ranting, serta kotoran hewan, melalui proses degradasi/penguraian oleh
mikroorganisme tertentu. Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan
menyediakan zat makanan yang diperlukan tumbuhan, sementara mikroba yang ada
dalam kompos dapat membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman.
Pembuatan kompos merupakan saIah sate cara terbaik untuk mengurangi timbunan sampah organik. Cara ini sangat cocok diterapkan di Indonesia, karena cara pembuatannya relatif mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Selain itu, kompos dapat dijual sehingga dapat memberikan pemasukan tambahan atau bahkan menjadi alternatif mata pencaharian.
Berdasarkan
bentuknya, kompos ada yang berbentuk padat dan cair. Pembuatan kompos dapat
dilakukan dengan menggunakan kompos yang telah jadi, kultur mikroorganisme,
atau cacing tanah. Contoh kultur mikroorganisme yang telah banyak dijual di
pasaran dan dapat digunakan untuk membuat kompos adalah EM4 (Effective
Microorganism 4). EM4 merupakan kultur campuran mikroorganisme yang dapat
meningkatkan degradasi limbah/sampah organik, menguntungkan dan bermanfaat bagi
kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah
lingkungan. EM4 mengandung mikroorganisme yang terdiri dari beberapa jenis
bakteri, di antaranya Lactobacillus sp., Rhodopseudomonas sp., Actinomyces sp.,
dan Streptomyces sp., dan khamir (ragi), yaitu Saccaharomyces cerevisiae.
Kompos yang dibuat menggunakan EM4 yang dikenal juga dengan bokashi.
Kompos dapat juga dibuat dengan bantuan cacing tanah karena cacing tanah mampu menguraikan bahan organik. Kompos yang dibuat dengan bantuan cacing tanah dikenal juga dengan sebutan kascing. Cacing tanah yang dapat digunakan adalah cacing dari spesies Lumbricus terrestis, Lumbricus rebellus, Pheretima defingens, dan Eisenia foetida. Cacing tanah akan menguraikan bahan-bahan kompos yang sebelumnya sudah diuraikan oleh mikroorganisme. Keterlibatan cacing tanah dan mikroorganisme dalam pembuatan kompos menyebabkan pembentukan kompos menjadi lebih efektif dan cepat.
4. Membuat
Biogas
Biogas
dari kotoran sapi diperoleh dari dekomposisi anaerobik dengan bantuan
mikroorganisme. Pembuatan biogas dari kotoran sapi harus dalam keadaan anaerobik
(tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah
berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas
inilah yang disebut biogas.
Proses fermentasi untuk pembentukan biogas maksimal pada suhu 30-55 C, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal. Hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas metan seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:
Berikut adalah komposisi biogas (%) kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan Peralatan Pembuatan Biogas Kotoran Sapi :
a. Bak Penampungan sementara
Terbuat dari kotak dengan ukuran 0,5 m x 0,5 m x 0,5 m berguna sebagai tempat mengencerkan kotoran sapi.
Proses fermentasi untuk pembentukan biogas maksimal pada suhu 30-55 C, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal. Hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas metan seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:
Berikut adalah komposisi biogas (%) kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan Peralatan Pembuatan Biogas Kotoran Sapi :
a. Bak Penampungan sementara
Terbuat dari kotak dengan ukuran 0,5 m x 0,5 m x 0,5 m berguna sebagai tempat mengencerkan kotoran sapi.
b. Digester
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah digester. Digester berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah digester. Digester berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
c. Plastik Penampungan Gas
Terbuat dari bahan plastik tebal berbentuk tabung yang berguna untuk menampung gas methane yang dihasilkan dari digester. Gas metan kemudian disalurkan ke kompor gas.
Terbuat dari bahan plastik tebal berbentuk tabung yang berguna untuk menampung gas methane yang dihasilkan dari digester. Gas metan kemudian disalurkan ke kompor gas.
d. Kompor Gas
Berfungsi sebagai alat untuk membakar gas metan untuk menghasilkan api. Api inilah yang digunakan untuk memasak.
Berfungsi sebagai alat untuk membakar gas metan untuk menghasilkan api. Api inilah yang digunakan untuk memasak.
e. Bak penampungan Kompos
Bak ini dapat dibuat dengan cara mengali lobang ukuran 2 m x 3 m dengan kedalaman 1 m sebagai tempat penampungan kompos yang dihasilkan dari digester.
Bak ini dapat dibuat dengan cara mengali lobang ukuran 2 m x 3 m dengan kedalaman 1 m sebagai tempat penampungan kompos yang dihasilkan dari digester.
Tahapan
Pembuatan Biogas Kotoran Sapi.
Setelah peralatan digester selesai dipasang maka selanjutnya adalah tahapan pembuatan biogas dari kotoran sampi dengan cara sebagai berikut :
1) Kotoran sapi dicampur dengan air hingga terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Pada saat pengadukan sampah di buang dari bak penampungan. Pengadukan dilakukan hingga terbentuk lumpur dari kotoran sapi.
Setelah peralatan digester selesai dipasang maka selanjutnya adalah tahapan pembuatan biogas dari kotoran sampi dengan cara sebagai berikut :
1) Kotoran sapi dicampur dengan air hingga terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Pada saat pengadukan sampah di buang dari bak penampungan. Pengadukan dilakukan hingga terbentuk lumpur dari kotoran sapi.
2) Lumpur
dari bak penampungan sementara kemudian di alirkan ke digester. Pada pengisian
pertama digester harus di isi sampai penuh.
3) Melakukan
penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen
segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester
3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses
fermentasi.
4) Gas
metan sudah mulai di hasilkan pada hari 10 sedangkan pada hari ke -1 sampai ke
- 8 gas yang terbentuk adalah CO2. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka
biogas akan menyala.
5) Pada
hari ke -14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor
gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan
energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau
kotoran sapi.
6) Digester
terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang
optimal.
7) Kompos
yang keluar dari digester di tampung di bak penampungan kompos. Kompos cair di
kemas ke dalam deregent sedangkan jika ingin di kemas dalam karung maka kompos
harus di keringkan.
5. Daur
Ulang
Berbagai
jenis limbah padat dapat mengalami proses daur ulang menjadi produk baru.
Proses daur ulang sangat berguna untuk mengurangi timbunan sampah karena bahan buangan
diolah menjadi bahan yang dapat digunakan kembali. Contoh beberapa jenis limbah
padat yang dapat didaur ulang adalah kertas, kaca, logam (seperti besi, baja,
dan alumunium), plastik, dan karet.
Bahan-bahan
yang didaur ulang dapat dijadikan produk baru yang jenisnya sama atau produk
jenis lain. Contohnya, limbah kertas bisa didaur ulang menjadi kertas kembali.
Limbah kaca dalam bentuk botol atau wadah bisa didaur ulang menjadi botol atau
wadah kaca kembali atau dicampur dengan aspal untuk menjadi bahan pembuat
jalan. Kaleng alumunium bekas bisa didaur ulang menjadi kaleng alumunium lagi.
Botol plastik bekas yang terbuat dari plastik jenis polyetilen terftalat (PET)
bisa didaur ulang menjadi berbagai produk lain, seperti baju poliyester,
karpet, dan suku cadang mobil. Gelas dan peralatan plastik
Sumber :


1 Comments
Sampah yang dihasilkan manusia begitu banyak sehingga bila tidak ditangani akan menimbulkan banyak masalah pencemaran. Beberapa metode pengolahan sampah telah diterapkan manusia untuk menangani permasalahan sampah. Masing-masing metode tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan. Belum ada satupun dari metode yang telah diterapkan manusia yang dapat menyelesaikan permasalahan sampah dengan sempurna. Oleh karena itu, masih perlu terus dikembangkan berbagai metode baru atau modifikasi yang dapat menyempurnakan metode yang telah ada. Berikut akan kamu pelajari beberapa metode pengolahan limbah padat (sampah) yang telah umum diterapkan. Jasa Penulis Artikel SEO pabrik penerima besi bekas
ReplyDelete