Lele dumbo merupakan
satu jenis hibrida ikan lele yang baru diintroduksikan ke Indonesia dari
mancanegara yaitu Taiwan. Ikan ini merupakan hasil kawin silang antara lele
asli Taiwan Clarias focus dengan lele Afrika Clarias mossambicus. Tujuan
kegiatan ini adalah untuk menciptakan keberhasilan dalam pembudidayaan ikan
lele di kolam terpal, sehingga dapat memenuhi kebutuhan ikan lele dumbo
dipasaran khususnya Bangka Belitung serta untuk mempermudah petani memperoleh
benih yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Hasil dari penelitian ini
adalah investasi sebesar Rp. 8.680.000 (belum termasuk biaya operasional yang
terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel) maka nilai rasio penerimaan dengan
biaya atau (R/C) dalam usaha budidaya lele diperoleh sebesar 1,78. Waktu
pengembalian investasi atau Payback Period (PP) selama 0,53 tahun, BEP produksi
ikan lele pada tahun pertama 844 kg, Penjualan ikan lele pada tahun kedua
sampai dengan tahun kelima akan mencapai BEP sebesar 1.012 kg/tahun. Nilai NPV
sebesar Rp 33,482,143,00 dan nilai IRR sebesar 62 %.
1. Pendahuluan
Lele dumbo merupakan hasil
kawin silang antara betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan pejantan
Clarias mossambicus (dengan nama sinonim Clarias gariepinus) yang berasal dari
Afrika dan pertumbuhannya begitu cepat (Hernowo, 2006). Pada kenyataannya, lele
dumbo memang mempunyai sifat yang unggul, yaitu dapat tumbuh pesat dan mencapai
ukuran besar dalam waktu lebih cepat dibandingkan lele lokal. Menurut Mahyuddin
(2008), kandungan telur lele dumbo bisa mencapai 30.000-40.000 butir/kg induk
betina, sedangkan lele lokal hanya 1.000- 4.000 butir per kg induk betinanya.
Oleh karena itu lele dumbo banyak diusahakan oleh masyarakat sekarang ini. Terlebih
konsumsi ikan lele dari tahun ke tahun kian meningkat. Masih belum terpenuhinya
permintaan ikan lele dumbo di Bangka Belitung khususnya pada warung makan pecel
lele dan usaha lainnya membuat pelaku usaha membeli ikan dari luar Bangka
Belitung sehingga harga produk olahan ikan lele di Bangka lebih mahal.
Selain itu minimnya petani
pembenihan ikan lele dumbo di Bangka Belitung juga menjadimasalah mahalnya
harga ikan lele dumbo ukuran konsumsi karena ikan-ikan diperoleh dari luar
daerah dengan harga yang lebih mahal karena ditambah ongkos transportasi. Dari
hasil wawancara Tim kegiatan pada sejumlah warung pecel lele, diperoleh
keterangan bahwa ikan-ikan lele yang diolah menjadi makanan di warung mereka sebagian
diperoleh dari luar Bangka Belitung yaitu Palembang, Lampung, dan Pulau Jawa.
Hal ini dikarenakan ikan lele di Bangka tersedia dalam jumlah sedikit.
Mahalnya harga lele di
Bangka disebabkan oleh masih minimnya usaha pembenihan lele, serta kurangnya
pengetahuan petani terhadap teknik budidaya lele dumbo. Selain harga benih yang
mahal, harga pakan ikan di Bangka juga terbilang mahal karena tingginya biaya
transportasi menuju Bangka Belitung.
Untuk menanggulangi besarnya
biaya produksi yang dikeluarkan, cara yang dilakukan oleh petani ikan salah
satunya yaitu pembenihan ikan lele di kolam terpal. Terpalmerupakan bahan
plastik kedap air, dimana sifat itu yang membuatnya berguna sebagai lapisan
penahan air di kolam. Kolam terpal pada umumnya sudah biasa dipakai peternak ikan
hias, tetapi pada peternak ikan konsumsi sangat jarang. Keunggulan penggunaan
kolam dari terpal antara lain kolam terpal mudah dibuat, suhu kolam lebih
stabil dibandingkan kolam semen (Trubus, September 2009). Selain biaya yang
dikeluarkan lebih kecil dari media lainnya, keterbatasan lahan juga tidak
menjadi masalah. Kolam dapat dipindah-pindah sesuai keinginan, lele mudah
dikontrol, kondisi air relatif lebih bersih, dan yang terpenting menghemat
biaya. Berdasarkan uraian di atas, maka untuk memenuhi kebutuhan ikan lele
dumbo dipasaran khususnya Bangka Belitung serta untuk mempermudah petani
memperoleh benih yang berkualitas dengan harga yang terjangkau.
II. METODE PENELITIAN
Pembudidayaan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan penekanan pada pemberdayaan masyarakat setempat ini dikenal dengan istilah pendekatan bottom-up.
III> HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan perhitungan di atas (Tabel 15) dengan investasi sebesar Rp 8.680.000,00 (belum termasuk biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel) maka nilai rasio penerimaan dengan biaya atau (R/C) dalam usaha budidaya lele diperoleh sebesar 1,78. Berdasarkan hasil perhitungan R/C maka
usaha budidaya lele dinyatakan layak karena nilai R/C lebih besar dari 1 yaitu 1,78. Nilai ini bermakna bahwa setiap biaya produksi yang dikeluarkan untuk tangkapan nelayan bubu sebesar Rp 1.000,00 maka akan memperoleh manfaat sebesar Rp 1.780,00
IV. KESIMPULAN
Pembenihan dan pembesaran ikan lele dumbo di kolam terpal merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan akan produk perikanan yaitu Ikan Lele dan juga untuk mempermudah petani memperoleh benih yang berkualitas dengan harga yang terjangkau sehingga kebutuhan akan ikan lele dumbo ukuran konsumsi juga tetap berlanjut (terjaganya siklus perdagangan), selayaknyalah potensi pembenihan lele dumbo dibangka Belitung ini dipandang baik untuk dikembangkan terlebih provinsi Bangka
Daftar Pustaka
Bidayani, E. 2007. Analisis Usaha Budidaya Ikan Patin (Pangasius pangasius) dan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Hasil Substitusi Pelet dengan Usus Ayam di Kolong Bekas Penambangan Timah.. Aquatik jurnal sumberdaya perairan volume 1. Edisi 1.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005. Laporan Tahunan Departemen Kelautan dan Perikanan. Kabupaten Bangka Tengah.


1 Comments
jangan lupan di comment as bro?
ReplyDelete